Senang sekali bisa berada dekat dengan orang-orang yang agamanya termasuk dalam kategori "deep". Seperti lagunya M. Arifin Ilham, Tombo Ati, "...yang kelima berkumpullah dengan orang-orang shaleh...". Bukan isapan jempol belaka. Pun bukan sekadar nasehat orang tua yang tidak ingin anaknya bergaul dengan orang-orang "hitam". Rasakan sendiri manfaatnya.
Ramadhan telah tiba. Sudah saatnya kita merenungi kembali, apa yang telah kita lakukan di Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, memanfaatkan bulan ini dengan sebaik mungkin, berlatih, serta berusaha mendapatkan apa yang dijanjikan Allah dalam berpuasa Ramadhan : muttaqin. Dalam QS.2:183 dijelaskan bahwa kita diwajibkan berpuasa agar menjadi orang yang bertakwa. Allah menjanjikan tingkatan yang lebih tinggi bila kita berpuasa : takwa.
Ketakwaan, bisa dikatakan sebagai ketaatan seorang mukmin kepada Tuhannya. Ketaatan yang dilakukan tanpa mengharap apapun selain ridhoNya. Dalam berpuasa di bulan Ramadhan, kita diharamkan dari apa-apa yang halal, sejak shubuh hingga maghrib. Apa saja itu?
Pertama, makan & minum. Dalam melaksanakan shaum, inilah pantangan utamanya. Makanan dan minuman ada di hadapan kita. Makanan dan minuman yang halal, didapat dari harta yang halal, diproses secara halal, disajikan secara halal. Siapa yang bilang itu haram? Tidak ada. Namun di saat berpuasa, itu haram hukumnya untuk dikonsumsi dengan cara apapun. Jelas, karena kita sedang puasa. Namun bagaimanapun, belum ada orang yang sakit karena puasa. Apalagi mati karena puasa. Bahkan tidak makan dan minum selama 13-14 jam tidak akan membuat kita pingsan. Buktinya, demonstrator baru pingsan setelah mogok minum selama 3 hari penuh. Manusia juga bisa bertahan berminggu-minggu tanpa makan, apalagi jika minum minuman penunda-lapar :)
Yang kedua, bergaul dengan suami/istri kita. Selama bulan Ramadhan, orang yang beriman dilarang melakukan hubungan suami-istri pada siang hari. Meskipun mereka istri-istri kita yang sah, secara hukum maupun agama. Walaupun kita juga menggauli mereka dengan cara-cara yang halal. Namun hal itu diharamkan saat kita berpuasa. Kita mampu kan!
Kita lihat,
hal-hal yang halal pun diharamkan saat kita berpuasa. Ternyata kita mampu melakukannya. Menahan diri untuk tidak merasakan kenikmatan yang halal saja kita mampu, apalagi untuk hal-hal yang haram. Pasti mampu donk!!
Beberapa saat setelah adzan shubuh, masakan dan minuman masih terhidang di meja, kita tak akan menyentuhnya sama sekali. Beberapa saat menjelang maghrib, berbagai hidangan berbuka telah tersaji rapi, membuat dahaga makin menjadi dan perut serasa "bedug" sebelum waktunya. Tapi mengapa kita hanya bergeming? Jangankan mengambil, memikirkan pun tak berani. Kenapa? Inilah yang disebut dengan ketaatan. Minum satu menit sebelum maghrib berarti batal puasa, sangat berbeda artinya artinya dengan minum satu menit setelah maghrib, yang berarti berbuka. Sama halnya dengan saat shubuh. Dua menit yang sangat menentukan puasa kita secara nyata. Karena kita taat, kita patuh pada perintahNya. Inilah yang kita latih saat kita berpuasa.
Sami'na, Wa Ato'na. Kami mendengar (perintahNya), dan kami taati (perintahNya)
Semoga ketaatan ini berlanjut walaupun kita telah jauh meninggalkan kita, dan semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa.